Kahlil Gibran adalah seorang seniman, penyair, dan juga seorang penulis
puisi cinta yang fonemenal merupakan seorang berkebangsaan Amerika yang lahir
di Lebanon pada tahun 1883 dan meninggal pada 10 April 1931.
Sebelum
tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa
Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems".
Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman".
Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.
Salah satu puisi cinta yang ditulis Kahlil Gibran dan paling terkenal adalah berjudul Cinta yang Agung, dan berikut ini adalah petikan terjemahan puisi tersebut:
CINTA yang AGUNG
Adalah
ketika kamu menitikkan air mata
dan
MASIH peduli terhadapnya..
Adalah
ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu MASIH
menunggunya
dengan setia..
Adalah
ketika dia mulai mencintai orang lain
dan
kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku
turut
berbahagia untukmu’
Apabila cinta tidak berhasil…BEBASKAN dirimu…
Biarkan
hatimu kembali melebarkan sayapnya
dan
terbang ke alam bebas LAGI ..
Ingatlah…bahwa
kamu mungkin menemukan cinta dan
kehilangannya..
tapi..ketika
cinta itu mati..kamu TIDAK perlu mati
bersamanya…
Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang..MELAINKAN
mereka yang tetap tegar ketika
mereka
jatuh
“Jika cinta tidak
dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan
menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”
“Apa yang telah
kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa
yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah
semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya”
“Kemarin aku
sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku… sebengis kematian… Kemarin
diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…, di dalam pikiran malam. Hari
ini… aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan,
ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan
pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan… sekecup ciuman”
“Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu
kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…
seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya
tiada…”
“…pabila cinta
memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya
merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap
itu melukaimu…”
“…kuhancurkan
tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta
memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”
“Tubuh mempunyai
keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan
dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup…
sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan…”
“Jangan menangis,
Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama
dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita
kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan”
pabila sayapnya
merangkulmu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi
di sela sayap itu
melukaimu..."
"...kuhancurkan tulang-tulangku,
tetapi aku tidak
membuangnya sampai aku mendengar
suara cinta
memanggilku dan melihat
jiwaku siap untuk berpetualang"
"Tubuh
mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena
alasan duniawi dan
dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus
hidup... sampai kematian
datang dan menyeret
mereka kepada Tuan..."
"Jangan
menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan
berbahagialah, karena kita diikat
bersama dalam
cinta. Hanya dengan cinta yang indah... kita dapat bertahan terhadap derita
kemiskinan,
pahitnya kesedihan,
dan duka perpisahan"
0 komentar:
Post a Comment